Kamis, 03 November 2022

OPERASI HITUNG DALAM ALQURAN TERHADAP PENDIDIKAN MATEMATIKA

 

Mempelajari Alquran layaknya mempelajari alam semeta, tidak ada batasannya dan selalu memuncukan hal-hal baru. Semakin dalam mempelajari Alquran maka semakin terbuka lebar pula ilmu pengetahun itu sendiri. Karena itu, sebagai makhluk yang diberi akal, manusia disuruh memikirkan yang ada baik konkrit maupun abstrak terhadap penciptaanNya. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat berikut:

 

žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ [1]

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Ayat tersebut menuntut manusia untuk menggunakan akalnya dengan sebaik mungkin, sehingga dapat menemukan hikmah serta pelajaran baik itu yang tersirat maupun yang tersurat. Demikian jelas manusia dituntut untuk dapat memahami Alquran sehingga dapat menemukan celah-celah ilmu pengetahuan dan pendidikan yang terkandung didalamnya. Sehingga dapat mengetahui sebab akibat terhadap tanda-tanda kekuasaanNya.

Seperti halnya penciptaan alam semesta, yang diterangkan dalam Alquran, begitu juga dengan penciptaan manusia pertama yaitu Adam, dimana tanah yang dibasahi dan menjadi tanah keras, kemudian menggumpal dan menjadi tanah liat, kemudian dibentuk menjadi tanah kering yang berasal dari lumpur hitam yang dibentuk dibentuk menjadi tanah kering kemudian dibiarkan tanah kering itu hingga mengering lalu menjadi tanah kering seperti tembikar, lalu tanah kering itu ditiupkan satu kali seketika itu juga tanah kering tadi berubah menjadi manusia yang bisa mendengar, berpikir, melihat dan memahami.[2] Demikian juga penciptaan manusia pada umumnya dimana dilalui dari pembuahan ; sperma bertemu sel telur, sperma berubah menjadi segumpal darah, segumpal daging itu dibentuk, sampai dilahirkan diwaktu yang tepat. Begitu jelasnya Alquran memaparkan terkait pengetahuan. Semua yang tersirat dalam Alquran tidak mungkin tidak memiliki keterkaitan hubungan. Keterkaitan hubungan ini menunjukkan bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sembarangan, semua memiliki ukurannya masing-masing Hal ini juga dipertegas dalam ayatnya.

 

$¯RÎ) ¨@ä. >äóÓx« çm»oYø)n=yz 9ys)Î/ ÇÍÒÈ [3]  

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Ukuran merupakan bahasa yang paling lazim jika dikaitkan dengan matematika. Dari sini terlihat jelas bahwa Alquran juga mempunyai pesan isyarat terhadap matematika.

Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk berbagai ilmu pengetahuan. Matematika mengajarkan logika berfikir berdasarkan akal dan penalaran. Namun, harus diingat bahwa sifat dari matematika adalah abstrak karena unsur-unsur matematika terdiri dari simbol-simbol.

Perlu diketahui bahwa objek kajian atau cabang keilmuaan matematika bukan hanya sekedar perhitungan (aritmatika) dan pengukuran (geometri). Para ilmuan berbeda pendapat mengenai pengertian matematika. Bahkan sampai saat ini tidak ada satu ilmuan pun yang mengatakan bahwa itu merupakan pengertian final dari istilah yang merujuk kepada matematika. Namun begitu, karekteristik matematika mudah dipahami diantaranya; memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya.[4] Sehingga lebih dari itu, matematika mencakup kajian yang luas seperti bilangan, aljabar, statistika, diskrit, kalkulus, logika, estimasi dan lain-lain.

Jika pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[5] Maka adanya pendidikan matematika diharapkan mampu mengembangkan potensi diri untuk memiliki kemampuan terhadap karakteristik matematika.

Dalam pandangan umat Islam, kaitan antara pendidikan matematika dan Alquran terbelah kepada tiga pandangan, pertama adanya dikotomi keilmuan dalam pembelajaran matematika dan agama, kedua meyakini Alquran menyinggung matematika namun tidak mengetahui secara lengkap, ketiga meyakini dan ingin mengintegrasikan pendidikan matematika dan Alquran namun tidak memiliki atau kurangnya sumber-sumber yang relevan

Pandangan pertama mengakibatkan kurangnya motivasi umat dalam belajar matematika. Adanya dikotomi ini menganaloginya, perbedaan kewajiban dalam belajar matematika dan agama. Jika pendidikan agama tidak dipelajari berdampak pada kebodohan yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melakukan ibadah sehingga akan terjerumus dalam neraka. Sementara belajar matematika dokrinnya bukan surga neraka, hanya berupa tinggal kelas. Disamping itu adanya dikotomi ini juga ditandai dengan jarangnya ditemukan buku-buku matematika dalam pembelajaran yang mengintegrasikan dengan agama.

Matematika merupakan pelajaran wajib yang masuk dalam standar kurikulum pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Matematika merupakan salah satu pelajaran dari Ujian Nasional pada tingkat pendidikan menengah.[6] Salah satu alasan menunjukkan bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dimiliki manusia pada setiap jenjang usianya, matematika selalu dibutuhkan sebagai alat untuk hidup. Namun adanya dikotomi matematika dan agama berdampak kurangnya motivasi siswa belajar metematika kurangnya orangtua memotivasi anaknya tentang pentingnya matematika.

Peneliti pernah melakukan observasi pada peserta didik baru di MTs Al-Azhar dengan menggunakan angket bahwa, dikemukan lebih dari 75% siswa tidak menyukai pelajaran matematika.[7] Ini merupakan masalah nyata bagi pendidikan khususnya generasi Islam selanjutnya dan berdampak pada menurunnya kualitas pendidikan Islam. Padahal Allah telah menegaskan agar umat Islam tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah. Seperti pada ayat berikut:

 

|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ [8] 

Arinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap orang tua wajib untuk mendidik generasi mereka dengan baik. Mewujudkan  generasi berkualitas merupakan tanggung jawab orang tua.

Pada saat ini tuntutan kualitas pada sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi terkait perkembangan ilmu dan teknologi sangat tinggi diberbagai sektor. Misalnya dalam persaingan mencari lapangan pekerjaan di Indonesia baik itu dari seleksi BUMN, ASN, TNI, dan lainnya memiliki standar dimana para calon harus mengikuti dan lulus ujian seleksi yang menghadirkan soal-soal pembahasan matematika. Betapa pentingnya matematika sebagai ilmu pengetahuan bagi kehidupan. Lalu mengapa umat Islam sekarang ini tidak terlalu menganggap penting matematika, padahal jika sejenak kembali ke masa lalu tepatnya zaman keemasan peradaban Islam, bahwa ilmu pengetahuan yang diantaranya matematika sangat dicintai dan dipelajari.

Banyak sumbangan ilmuan muslim terhadap ilmu matematika yang sampai sekarang masih digunakan aplikasinya. Diantara ilmu matematia tersebut adalah angka nol dan aljabar yang ditemukan oleh Muhammad ibn Musa al-Khawarizme. Ketika seorang mukmin memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan umat manusia, maka Tuhan menjanjikan posisi atau kedudukan yang tinggi baginya.[9] Bukan hanya ilmuan saja yang merasakan hebatnya Islam dimasa itu namun juga masyarakat lainnya.

Setelah runtuhnya peradaban Islam, ilmu pengetahuan mulai dikuasai Barat. Peran umat Islam dalam ilmu pengetahuan mulai kaku, tak terkecuali dalam bidang matematika. Disini mulai masuknya paham dikotomi ilmu agama dan umum. Dimana hanya ilmu-ilmu agama saja yang wajib dipelajari. Pemikiran ini  bertentangan dengan pribadi Muhammad ibn Musa al-Khawarizme selain sebagai ilmuan matematika, beliau merupakan ilmuan dalam bidang agama bermazhab hanafi dimana juga menulis dan mengeluarkan fatwa-fatwa fikih mazhab.[10]

Adanya dikotomi keilmuan ini seperti yang diunggkapkan Al-Attas bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di era modern ini secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan dan diproyeksikan melalui pandangan dunia, visi intelektual dan persepsi psikologis dari kebudayaan dan peradaban Barat.[11] Gejala ini membuat cara pandang umat Islam terhadap ilmu dan pendidikan menghasilkan image bahwa hanya ilmu-ilmu agama yang pantas dipelajari sedangkan ilmu umum (sekuler) dipandang suatu bagian ilmu yang tidak perlu dipelajari.[12] Mungkin matematika dipandang sebagai salah satu dari ilmu umum dan hanya mempelajari tentang dunia. Padahal Alquran sudah mengatakan bahwa ilmu berasal dari yang satu yaitu Allah Swt.

Dalam Islam, matematika sangat diperlukan, seperti dalam pembagian harta warisan, yang memerlukan konsep matematika dalam operasi hitungnya. Bahasan ini tertuang didalam Alquran surah al-Nisa ayat 11.

 

ÞOä3ŠÏ¹qムª!$# þÎû öNà2Ï»s9÷rr& ( ̍x.©%#Ï9 ã@÷VÏB Åeáym Èû÷üusVRW{$# 4 bÎ*sù £`ä. [ä!$|¡ÎS s-öqsù Èû÷ütGt^øO$# £`ßgn=sù $sVè=èO $tB x8ts? ( bÎ)ur ôMtR%x. ZoyÏmºur $ygn=sù ß#óÁÏiZ9$# 4 Ïm÷ƒuqt/L{ur Èe@ä3Ï9 7Ïnºur $yJåk÷]ÏiB â¨ß¡9$# $£JÏB x8ts? bÎ) tb%x. ¼çms9 Ó$s!ur 4 bÎ*sù óO©9 `ä3tƒ ¼ã&©! Ó$s!ur ÿ¼çmrOÍurur çn#uqt/r& ÏmÏiBT|sù ß]è=W9$# 4 bÎ*sù tb%x. ÿ¼ã&s! ×ouq÷zÎ) ÏmÏiBT|sù â¨ß¡9$# 4 .`ÏB Ï÷èt/ 7p§Ï¹ur ÓÅ»qム!$pkÍ5 ÷rr& AûøïyŠ 3 öNä.ät!$t/#uä öNä.ät!$oYö/r&ur Ÿw tbrâôs? öNßgƒr& Ü>tø%r& ö/ä3s9 $YèøÿtR 4 ZpŸÒƒÌsù šÆÏiB «!$# 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JŠÎ=tã $VJŠÅ3ym ÇÊÊÈ [13] 

Artinya: Allah mensyari´atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

 

Dalam ayat tersebut jelas menyebutkan bilangan-bilangan pecahan setengah, dua pertiga, dan seperenam. Bilangan merupakan jantungnya matematika, dikarenakan secara bahasa matematika merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan. Adanya bilangan dalam Alquran, menjadikan alasan kuat masyarakat Islam meyakini bahwa Alquran menyinggung matematika namun begitu masyarakat tidak mengetahui secara lengkap seperti apa matematika dalam Alquran.

Mulim Nu’man,[14] meneliti adanya pembelajaran matematika dalam persfektif Alquran, namun begitu dalam penelitian ini hanya mengaitkan karakteristik pembelajaran matematika dan singgungan Alquran yang membahas kegiatan-kegiatan tersebut diantara mengamati, membaca, berpikir (Qs. al-Alaq/96:1-5), 2) tanya jawab (Qs. al-Rahman/55: 13), 3) percobaan (Qs. al-Mu’minun/23: 12-16), 4) diskusi (Qs. al-Nahl/16: 125), 5) pemberian tugas/pembiasaan (Qs. al-Nahl/16: 67; Qs. al-Baqarah/2: 219; Qs. al-Nisa/4: 43; Qs. al-Maidah/5: 90), 6) pemecahan masalah (Qs. al-Syarh/94: 5-8), dan 7) refleksi (Qs. al-Baqarah/2: 31-33). Namun tidak tampak jelas bahwa ayat tersebut memang ditujukan kepada matematika.

Lembaga pendidikan Islam era modern ini banyak yang ingin mengintegrasikan matematika dan Alquran namun kurang/tidak memiliki sumber yang relevan. SMP IT Al-Amjad merupakan salah satu sekolah yang memiliki visi misi  mengintegrasikan pembelajaran  mata pelajaran umum dengan Alquran hadis. Peneliti sempat tertarik meneliti penerapan integrasi tersebut pada pembelajaran matematika di SMP IT Al-Amjad. Namun setelah peneliti melakukan observasi, ternyata belum terlihat integrasi yang dilakukan pada pembelajaran matematika. Ini dikarenakan terbatasnya sumber relevan terkait matematika dalam Alquran. Atas arahan dosen pembimbing I, Dr. Achyar Zein, M.Ag, akhirnya peneliti melakukan kajian terhadap matematika dalam Alquran agar bisa menjadi sumbangan untuk pembelajaran integrasi matematika dan Alquran.

Peneliti mengidentifikasi, bahwa Alquran banyak menyinggung konsep matematika diantaranya tentang operasi hitung, himpunan, konsep geometri dan konsep hukum logika. Pada surah pertama Alquran, kita sudah disuguhi adanya matematika konsep himpunan seperti berikut;

xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ [15] 

Artinya: “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.

Dalam ayat tersebut terdapat tiga himpunan yaitu himpunan golongan orang-orang yang diberi nikmat, golongan orang yang dimurkai dan golongan orang yang sesat. Pada ayat lain Alquran juga membahas matematika dalam kajian logika seperti pada potongan ayat berikut;

 

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ...    [16]

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu..

Dalam ayat tersebut mengandung implikasi (jika “…” maka “…” ) secara matematika dapat ditulis p ^ q → r, dimana p = jika dikatakan kepadamu berlapanglah dalam suatu majelis, q = lalu kamu melapangkannya, r = maka Allah akan melapangkkanmu. Ada singgungan lain dalam Alquran yang cukup unik dari matematika terkait operasi hitung. Ada ayat yang dipaparkan dengan jawaban dan ada ayat lainnya yang tidak dijawab. Misalkan pada potongan ayat berikut:

 

`yJsù öN©9 ôÅgs ãP$uÅÁsù ÏpsW»n=rO 5Q$­ƒr& Îû Ædkptø:$# >pyèö7yur #sŒÎ) öNçF÷èy_u 3 y7ù=Ï? ×ouŽ|³tã ×'s#ÏB%x. 3 ... [17]  

Artinya:... tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.

Pada ayat tersebut terdapat penggalan konsep operasi penjumlahan matematika dimana ada kata “tiga hari” dan “tujuh hari” yang kemudian dilanjutkan penyelesainnya dengan “sepuluh hari”. Sementara pada ayat lain dalam mengoperasikan operasi pengurangan tidak dijawab hasilnya. Seperti dalam ayat berikut:

 

ôs)s9ur $uZù=yör& %·nqçR 4n<Î) ¾ÏmÏBöqs% y]Î7n=sù öNÎgÏù y#ø9r& >puZy žwÎ) šúüÅ¡÷Hs~ $YB%tæ ãNèdxs{r'sù Üc$sùqÜ9$# öNèdur tbqßJÎ=»sß ÇÊÍÈ  [18]

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

Pada ayat tersebut, terdapat kalimat operasi hitung pada pengurangan yang tidak dijawab hasilnya. Alquran menyinggung matematika tidaklah sebatas sebagai bahan bacaan, pasti ada kaitannya terhadap pendidikan khususnya matematika. Menurut Budi Manfaat bahwa salah satu penting adanya matematika karena ia merupakan sepintar-pintarnya guru nalar.[19] Sehingga dengan adanya ayat-ayat Alquran yang menyinggung matematika menjadikan bahan kajian untuk berpikir. Perlu kajian mendalam tentang maksud dari operasi hitung yang diisyaratkan dalam Alquran khususnya terhadap pendidikan matematika, urgensinya bagi pendidikan matematika serta relevansinya terhadap pendidikan matematika modern.

Peneliti tertarik untuk mengkaji tentang Opersi Hitung dalam Isyarat Alquran Terhadap Pendidikan Matematika. Penelitian ini dirasa penting untuk diteliti sebab generasi Islam saat ini sangat rendah yang mengetahui betapa pentingnya mempelajari matematika. Kurang motivasi orangtua/pengajar dalam memotivasi anak/murid akan pentingnya mempelajari matematika, dan disamping itu adanya dikotomi keilmuan dimana menempatkan matematika sebagai ilmu umum dan tidak wajib dipelajari merupakan bagian dari penyebab utama. Penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi pendidikan matematika modern dalam hal integrasi keilmuan Islam yang memusatkan pada pendidikan matematika dalam Alquran. Sehingga adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan secercah harapan untuk perbaikan pendidikan Islam kedepan.


[1] Qs. Ali Imran/3:190.

[2]Hisyam Talhah, dkk, Ensiklopedia Mukjizah Al-Quran dan Hadits 2: Kemukjizatan Penciptaan Manusia, terj. Syarif Hede Masyah et. al, (Jakarta: Sapta Sentosa,2010) cet IV, h.33 – 34.

[3] Qs. al-Qomar/54:49.

[4] R. Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia; Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan (Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas, 1999), h.13.

[5] Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat 1.

[6] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 70 ayat 3 sampai 7. 

[7] Observasi, Angket dilakukan di MTs Al-Azhar Medan Sunggal, 20 Juli 2018

[8] Qs. al-Nisa/4:9

[9] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media Printis, 2008), h.60.

[10] Syaikh Muhammad Said Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (Jakarta: Pustaka Al-Kausat, 2009), h.384.

[11] Syed Mohammad Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme Terj. Karsidjo Djojosuwarno (Bandung: Pustaka, 1981), h.40.

[12] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Pustaka Mahmudiah, 1960), h.273.

[13] Qs. al-Nisa/4: 11.

[14] Mulim Nu’man, Pembelajaran Matematika dalam Persfektif Alquran (Jurnal Pendidikan Matematika (JPM), Vol.2 No.1) Malang; JPM FKIP UNISMA, 2016.

[15] Qs. al-Fatihah/1:7.

[16]Qs. al-Mujadilah/58:11.

[17] Qs. al-Baqarah/2:196.

[18] Qs. al-Baqarah/2:234.

[19] Budi Manfaat, Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung (Cirebon: Eduvision Publishing, 2010), h.110-120

Tidak ada komentar:

Posting Komentar